Garansi Hidup

Siapa yang memberi garansi kita hidup hari ini hingga esok? Banyak pihak asuransi menjual garansi ini. Jika garansi ini bisa dibeli maka hanya orang kayalah yang mampu hidup lebih lama dan yang miskin akan mati muda.

Garansi hidup ternyata bukanlah masalah kaya atau miskin tapi seberapa berkualitas itu bisa kita bawa pulang saat mati kelak apakah di usia muda atau tua.

Kita memiliki waktu yang sama 24 jam sehari namun belum termanfaatkan masimal dikarenakan kebimbangan hati yang meragukan setiap langkah keputusan kita sehingga ada yang berani lari kepada obat-obatan dan berzina sehingga garansi hidup semakin terhapus dan tentu saja ini akan membawa malapetaka dalam hidup kita.

The Second Change bisa saja ada. Namun hal inilah yang menjadikan mata hati kita buta untuk terus menganggap bahwa kesempatan itu selalu ada. Padahal, maut senantiasa mengintai siapa saja.

Para sahabat sekalian, saya tidak berani mengatakan bahwa garansi hidup kita ini masihlah tersegel dengan baik karena sulitnya mendeteksi penyakit diri yang setiap hari menempel di hati kita dan menggorogotinya seperti sel-sel kanker yang menjadi parasit alami tubuh ini. Tak ada doktor spesialis yang mampu membedah hati ini untuk mengukur kedalaman dosa yang kita perbuat apalagi mendeteksi fungsi mata hati untuk melihat kebenaran dan kesalahan apakah masih berfungsi atau tidak.

Kita telah memiliki takdir ajal masing-masing dan agama pun telah memberikan kita pencerahan yang luar biasa hingga saatnya nanti kitalah yang memilih untuk mengikutinya setelah petunjuk Gransi Hidup itu datang atau membelakanginya dan kembali kepada garansi hidup tiruan.

Akal bisa dengan kepadatan pengetahuannya akan terkelabui dengan plin-plannya hati dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. Jangan tertipu dengan kemalasan dan harapan bahwa esok masih ada untuk bertobat. Bertobatlah sekarang.

Comments