Ketika Sufi Membela Diri

Artikel ini dikeluarkan oleh Imam Qusyairi yang mebuat sebuah kitab sebagai bantahan terhadap orang-orang yang secara membabi buta memusuhi tasawuf, yang mana sebenarnya mereka tidak memiliki pengetahuan yang mendalam dan benar tentang prinsip-prinsip dan dasar-dasar dari manhaj yang agung ini.

Mereka memusuhi tasawuf hanya dengan dasar melihat adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh beberapa oknum yang mengaku-aku sebagai sufi atau adanya ungkapan-ungkapan yang lebih berupa syathahat (ungkapan nyeleneh) yang tidak berdasarkan nash, akal, atau dalil.

Bila hal itu menjadi dasar untuk memusuhi tasawuf, itu hanya merupakan kekerdilan pola pikir yang bersumber dari kebodohan dan fanatisme buta. Karena, kesalahan-kesalahan semacam itu sudah merupakan kemestian dari setiap madzhab, setiap pemikiran, dan setiap thariqah. Pastilah di sana terdapat pengikut-pengikut yang baik pemahaman dan jiwanya, tapi ada pula pengikut-pengikut yang buruk pemahamannya sehingga salah, bahkan menyimpang dalam perbuatan dan amaliahnya.

Dalam hal ini kita mengenalkan kepada mereka tentang hakikat tasawuf yang sesungguhnya. Tasawuf adalah suatu sisi keilmuan, sisi ruhani, perasaan, dan adab dalam Islam. Ruh tasawuf adalah firman Allah SWT, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengo­torinya.” — QS Asy-Syams (91): 8-10.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri dan ia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” — QS Al-A`la (87): 14-15.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” — QS Al-Ankabut (29): 69.

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” — QS Al-A`raf (7): 205.

Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” — QS Al-Baqarah (2): 282.

Dan sabda Nabi SAW, “Ihsan adalah bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya; dan bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah Maha Melihatmu.” (HR Muslim).

Imam Qusyairi memberi tahu kepada mereka bahwa yang benar bukanlah seperti apa yang mereka ketahui. Sesungguhnya para ahli tasawuf yang muhaqqiqin berjalan di atas manhaj Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Mereka tidak keluar dari manhaj utama itu satu jengkal pun. Dan mereka semua berada di atas jalan para generasi as-salafush shalih dalam iman, aqidah, dan suluk mereka.

Selain kepada orang-orang yang memusuhi tasawuf, tentu kitab ini terutama ditujukan kepada para ahli tasawuf. Imam Qusyairi menjelaskan kepada mereka ihwal hakikat thariqah yang sesungguhnya dan hal-hal yang masuk ke dalamnya berupa penyimpangan-penyimpangan yang mesti dihindari, dan meluruskan jalan bagi mereka agar tidak tersesat dan menyesatkan, serta menjelaskan bahwa tasawuf bukanlah sesuatu yang keluar dari apa yang terdapat dalam Al-Qur’an atau sunnah Rasulullah SAW, bahkan tasawuf merupakan satu bagian agung dari tiga rukun agama, yakin iman, Islam, dan ihsan (tasawuf).


Comments