Ku meramu mimpi

Akhir-akhir ini, kumencari jalan yang penuh dengan cinta. Kumerangkai jalan mimpi untuk belajar lagi untuk menulis dan berkarya. Perubahan itu sering menjatuhkan diri ini pada kealpaan dan lupa akan tujuan mulya yang menhardik setiap napas yang kutarik. Ini bukan penghakiman tetapi sekedar penjiplakan diri untuk diri yang lain bahwa aku ingin merangkai kembali keindahan yang kurangkai tanpa kehadiran ini dan itu.

Jika kehadiran mimpiku hanya akan menangisi kedatangan kemurkaan waktu maka biarlah tetap kulewati nikmatnya cobaan itu hingga kaki ini tak mampu lagi merangkak menggapai mimpi yang panjang. 

Ini adalah awal untuk mengenal siapa pembimbing diri ini untuk melanjutkan karir tanpa batas di dunia ini dan di akherat nanti. Jalan  itu akan terbuka hingga waktu yang tak jelas lagi tergambar di hadapan kita.


Buruk tak lagi menjadi pertanda kelelahan tetapi wujud dan cahaya menjadikan cinta dan nurani menjadi satu. Untuk merangkai cinta, kehadiran objek sangat dibutuhkan. endengar dan merasakan bukanlah pilihan tetapi lebih dari anugerah yang kita miliki, tapi untuk apa?


Kita hanya terbiasa berada dalam alam mimpi yang sennatiasa hancur sebelum mencapai tujuan yang sebenarnya. Kapan akhir dari perjalanan ini tergantung bagaimana kita melewatinya. Sadar hati, sadar jiwa dan sadar kerohaniaan dalam menunjukkan kematangan surgawi yang telah ada sejak kita dibangkitkan dalam rahim bunda. 


Waktu tak mengalir namun meninggalkan diri pada batas usia yang minimal. Kumuntahkan waktu agar aku bersahabat dengannya. Hingga terbuyarkan dalam lamunan mimpi. Namun tetaplah meramu mimpi hingga muncul kata, hingga mincul suara, hingga suara itu adalah wujud dari dirimu yang sebenarnya.

Comments