Jiwa yang Berketuhanan

Mengapa dalam landasan negara kita Pancasila, sila I : Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi nomor wahid dalam perjalanan proses aparatur kenegaraan dan kerakyatan. Hal ini menegaskan bahwa kita Bangsa Indonesia senantiasa berlandaskan kepada Kepercayaan bahwa Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menjaga mahlukNya dan akan memberikan pahala yang setimpal terhadap segala perbuatan yang dilakukan hambaNya. Itulah sebagian isi dari pelajaran Pendidikan Agama kita di sekolah. Namun, apakah itu telah menjadi tuntunan hidup kita hingga saat ini?
Saya rasa jawaban kita rata-rata sama, bahwa Ajaran Ketuhanan itu hanyalah menjadi simbol bahwa kita masih memiliki agama. Agak sentimen rasanya kalau kita tidak memiliki salah satu agama yang diakui di negara kita ini. Namun, hanya dengan sebatas kulit saja belumlah dikatakan beragama. Jasmani atau tubuh kita melakukan perintah agama, jiwa pun harus turut serta didalamnya sebagai tanda penundukkan seluruh sendi-sendi hidup pada Sang Pencipta.

Bisakah Ilmu mendekati pengetahuan Tuhan? Jawabannya tunggu dulu. kita harus mengetahui bahwa ilmu pengetahuan umum saat ini hanya mampu mengurai informasi dari apa yang telah diciptakan namun informasi Yang Menciptkannya hanya sebatas mengapa dan bagaimana prosesnya.

Sedangkan untuk mengenal Tuhan, Anda harus beragama, karena Agama adalah Ilmu yang paling tinggi kleberadaannya. Dengan Agama kita mampu membentuk jiwa yang berketuhanan dan bagi Anda yang telah memiliki jiwa yang berketuhanan maka batas metafisika mahluk dengan khaliknya akanmenghilang sehingga segala kenikmatan dalam beragama akan terasa pada saat itu.


Jika Anda melihat diri Anda, maka Anda hanya akan melihat sebuah daging yang tak bermutu dan tak sabar menunggu kapan penjara dunia ini terlepas. Itulah salah satu perasaan yang timbul saat Anda berada pada posisi metafisika dengan Tuhan.


Setiap orang memiliki perasaannya masing-masing dan sulit ditemukan di tengah masyarakat yang heterogen saat ini. Namun hati yang telah mencapai dan menembus alam metafisika agama, batinnya saling terhubung walau jarak membatasi dan waktu yang terpaut berbeda pula. Wallahualam.

Comments