Kabut, selimuti diri ini

Kabut, dirimu semerbak putih menghiasi langit tak berujung. Diri ini berada tidak jauh dari kaki-kakimu. Serasa ingin meminang dirimu yang tak tersentuh materi. Selimutilah diri ini dari ketiadaan cinta yang hakiki. Kutak sanggup hidup bersama ego yang menjadikanku tua tanpa keberadaan kekasihku. Bibir senantiasa bungkam dan tersedu-sedu disaat kumengingat akan keberadaan kekasihku yang jauh disana dan tiada sempat melihat diri ini yang kesepian.

Kuhanya mampu mengulang aktivitasku sehari-hari dan menelanjangi kepribadian yang tak menentu. Banyak hal yang kupertanyakan dan tak satupun jawaban yang menghilangkan dahaga ilmu ini. Kemana telinga ini kuperdengarkan lagu tentang rindu pada Yang Maha Kuasa selain masih berada dalam kungkungan dunia yang tak memihak. Diri ini tak adil untuk diri yang lain. Kehilangan jati diri senantiasa terlihat mewarnai langkah kaki ini. Sulit kusinari hati ini dengan nama kekasihku karena bujukan diri itu sendiri pada cinta terbatas dan nikmatnya tertidur dalam kenyamanan hidup sementara.

Busuknya kehidupan menjadi wewangian yang diterima oleh halayak banyak dan tak satu pun kini yang mengenal wangian surga yang sulit dijumpa lagi di dunia ini dalam hati hamba seorang mukmin. Hati hanya mampu merengek pada sesuatu yang tak dapat kucapai. Hanya merintih kesakitan kepada angin yang tak kan mungkin memberi jawaban pasti akan hidup ini. MAtilah engkau wahai diri dalam lamunanmu sendiri, biarkan kerinduan ini menggapai mahligai kekasihnya. Biarkan kaki-kaki ini berjalan di syuhadah kekasihnya. Dirimu tak mampu menahan rahmat yang ditutunkan padanya.

Hentikan persenyawaan berpikir dalam kepala ini. Serasa tekananya hingga ke masa depan. Biarkanlah sedikit waktu menyadarkan kita semua akan mahligai kenikmatan bersama sang Kekasih.

Hingga saat nya nanti kuingin engkau terdiam melihat kebenaran bangkit dari RidhaNya.

Comments