Jalan Kebenaran dan Kesepian

Siapa yang tak tahan dengan kesepian? Disaat yang lain bermain dengan kisahnya dan mengucilkan kita seorang diri karena dianggap ada sebuah perbedaan yang terang terlihat. Itulah jalan orang pencari kebenaran, dimana dirinya akan sangat berbeda dengan yang lain dan kebanyakan. Bagi yang kuat pastilah istiqomah dalam jalan tersebut namun bagi yang lemah pastilah akan tergoda dan kembali bercampur dengan mereka di dunia yang tak abadi ini.

Sebuah kisah; Sekali peristiwa. Tuhan memperingatkan rakyat mengenai datangnya gempa bumi, yang akan menghabiskan seluruh air yang ada di negeri ini.

Air yang kemudian datang mengganti, akan membuat setiap orang menjadi gila.

Hanya nabilah yang menanggapi Tuhan dengan serius, ia mengusung air banyak-banyak ke guanya di gunung, sehingga cukup kiranya sampai hari kematiannya.

Ternyata benar, gempa bumi sungguh terjadi. Air menghilang dan air yang baru mengisi parit, danau, sungai serta kolam. Beberapa bulan kemudian nabi turun ke lembah untuk melihat apa yang telah terjadi. Memang, semua orang telah menjadi gila. Mereka menyerang dan tidak mempedulikannya. Mereka semua yakin justru dialah yang sudah menjadi gila.

Maka nabi pulang ke guanya di gunung. Ia senang, bahwa ia masih menyimpan banyak air. Tetapi lama-kelamaan ia merasakan kesepian yang tak tertahankan lagi. Ia ingin sekali bergaul dengan sesama manusia. Maka ia turun kebawah lagi. Sekali lagi ia diusir oleh orang banyak, karena ia begitu berbeda dari mereka semua.

Nabi lalu mengambil keputusan. Ia membuang seluruh air yang disimpannya, minum air baru dan bergabung dengan orang-orang lainnya sehingga sama-sama menjadi gila.

Jika engkau mencari kebenaran, engkau berjalan sendirian. Jalan ini terlalu sempit untuk kawan seperjalanan. Siapakah yang dapat tahan dalam kesendirian itu?

Seorang Filsuf sejati ibarat seekor burung elang. Terbang sendiri. Melanglang angkasa, mengedarkan pandangan yang tajam dan luas, mengawasi dan waspada.

Sedangkan filsuf gadungan seperti kawanan burung gagak. Terbang bergerombol, berkoak-koak di angkasa dengan suara memekakkan, tapi kotorannya memenuhi bumi yang ada di bawah mereka.

Beginilah pesan Galileo Galilei pada anaknya Maria Celeste ketika ia terasing di penjara karna teori heliosentriknya yang membuat dewan gereja katolik roma geram.

Jangan pernah merasa takut akan kesendirian dan terasing karna anda mempertahankan prinsip yang benar!

Jadilah seekor elang yang memiliki mata tajam, kecekatan, dan kewibawaan. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi untuk mempertahankan kebenaran. Yakinlah, itulah proses menuju kemuliaan.

Biarkan sekumpulan gagak berkoak karena sesungguhnya celotehan mereka tak membawa manfaat hanya berupa sampah yang di bungkus dengan kemasan yang indah.
Ketika anda menjadi elang maka anda menjadi orang yang benar-benar cerdas, bukan orang yang berpura-pura cerdas.

Bersabarlah! Ketika jalan yang anda tempuh adalah jalan yang sepi tanpa pendukung. Karna sesungguhnya seseorang yang benar-benar cerdas tak pernah bereuforia dukungan, namun seorang yang benar-benar cerdas hanya memikirkan apakah pemikirannya membawa manfaat bagi orang di sekitarnya.

Comments