Menanti Giliran : Sebuah penyesalan

Di sana kulihat diri ini menagis tersedu-sedu. Meratapi sesuatu yang telah kutinggalkan. Apa gerangan? Itulah bekal hidup akheratku, As Sholah. Serasa ingin menangis hati kecil ini mengenangnya. Dimana kenikmatan bersama Sang Khalik hilang begitu saja. Kemana diri ini selama pencarian jati diri bersama sekelompok egois dan nafsu yang membara?

Aku dikalahkan. Oleh sesuatu yang dikatakan Iblis melalui kesibukanku. Akhirnya pikiran ini ditipunya dengan daya yang lebih dahsyat dari rencana penundaan As Sholahku. Menangis hati kecil ini melihat diri yang tiada berdaya di pintu siksa api neraka. Namun bukan itu yang kusesali. Yang kusesali adalah hilangnya Sahabatku, Kekasihku, Tuhanku, Ridho Allah SWT. Ketakutan akan kesepian tanpa bersama itulah kusesali. Biarkanlah diri ini terbakar dan terpanggang api neraka namun masih bersama Rahmat Ridho Allah SWT. Itulah yang kusesali.

Begitu mudah baju keimanan ini kutanggalkan. Sepertinya saya kelonggaran sehingga tidak pas dan paten dalam hatiku. Pakaian Islam belumlah melekat erat dalam jiwaku. Rindu seorang Guru untuk mengajarkan daku tentang pakaian ini. Yang akan kukenakan dan akan selalu kusucikan dengan Asma Allah SWT.

Dalam linang kesedihan tetap ada harapan. Insya Allah, langkah ini akan tetap menjajaki pintu taubat yang baru. Semoga Rekan-rekan sekalian tak melupakan pintu taubat ini. Kembalilah jika engkau telah siap meninggalkan semua hal-hal yang membuatmu menanggalkan pakaian keimanan ini. Ingat Rahmat Allah SWT selalu menanti kehadiran kita. Semoga kita dikumpulkan bersama Para Arwahul Muqaddasah yang dipimpin oleh Baginda Rasulullah SAW. Amin ya RabbalAlamin.

Comments