Wahai Jiwa yang Tenang

" Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."

Inilah penggalan terjemahan dalam Al Quran (S. al-Fajr (89) : 27 - 30). Siapa yang masuk surga? Apakah yang bayak amalnya? apakah yang banyak ibadahnya? Banyak sedekahnya? sering naik haji? dll, ternyata tidak hanya itu, terpenting adalah mereka yang saat ajalnya tiba, jiwanya dalam keadaan tenang. Aplikasi kata Jiwa yang Tenang ini haruslah merata pemahamannya dalam pikiran kita bahwa mereka itulah yang selama hidupnya, hatinya senantiasa condong pada satu pengharapan yaitu hanya kepada Allah SWT dalam naungan Al Islam.
Tanpa mengurangi rasa hormat kami pada para Ahli Ibadah, kami menekankan bahwa tidak cukup hanya sekedar melakukan ibadah secara fisik tetapi jiwa kita atau nafsu kita atau sesuatu yang membuat kita semangat itu harus tundukk pula pada cinta Allah SWT. Bagaimana caranya, itulah yang harus kita cari metodenya dan melaksanakannya dengan cara istiqamah.


Siapa pun dapat melakukannya, tidak hanya terbatas pada ulama, kiayai, ustad atau penceramah jumatan tetapi seluruh lapisan masyarakat Islam dapat mencapai taraf ketengan jiwa ini. Mungkin, seseorang hanya mampu mengenal Allah SWT melalui profesinya sebebagi tukang bersih maka itulah jalannya untuk memiliki jiwa yang tenang, mungkin pula seorang pemuda hanya memiliki rutinitas belajar di sekolah dan dia jadikan hal itu sebagai bentuk cintanya pada Allah SWT maka itulah jalannya untuk menenangkan jiwanya. intinya jiwa Anda telah lepas dari was-was dan prasangka buruk kepada Allah SWT dan kita hanya semata-mata menyerahkan segala kejadian terbaik kepada Allah SWT, namun tetap melakukan ibadah-ibadah fardu dan sunnah yang lainnya karena itulah syarat wajib sebelum menggapai taraf ketenangan ini.




Comments