Sebuah kritik untuk Negeri ini

Solusi Kemiskinan-Apakah sebuah kenyataan kemiskinan hidup itu harus ditutupi dengan angan-angan dan janji-janji penguasa? Jawabannya, untuk menghilangkan bayangan kemiskinan maka harus diganti pula dengan bayangan kekayaan. Lima tahun satu periode kepemimpinan presiden pasti bisa mewujudkan misi ini. Tugas terbesar hanya satu, menggeser pemahaman masyarakat kita tentang lapangan pekerjaan. Pekerjaan itu bukan hanya PNS atau karyawan di perusahaan swasta akan tetapi lapangan pekerjaan itu mencakup seluruh potensi yang bisa menghasilkan duit. Saya membuat tulisan di blog, dan orang lain menghargai ini sebagai duit maka ini adalah salah satu lapangan pekerjaan modern yang pernah ada. Karena potensi kita untuk itu tak pernah habis selama otak masih pada posisinya dan napas penopang hidup masih ada untuk kita maka potensi itu akan terus mengalir menghasilkan kekayaan individu dan akan menjadi kekayaan negeri.

Bukan untuk menggurui, ini adalah pengalaman hidup. Jika konsep kekayaan itu hanya terlahir dalam rahim kekayaan maka cilakalah orang yang lahir dalam kemiskinan. Tapi kenyataannya tidak. Saya terlahir dalam ketiadaan namun dengan konsep pergeseran pemahaman akan mencari duit maka kita pun bisa hidup di Makassar ini dengan tanpa predikat orang tua. Cerita ini bisa untuk Anda wujudkan dalam kehidupan Anda sendiri. Namun, alangkah indah jika satu negeri ini memiliki pemahaman yang tegas tentang kerja dan kerja, maka dari itu, negara harus mengambil andil menata perubahan ini. Negara harus mengizinkan para programmer bisnis untuk menyentuh kaum generasi muda yang intelektual untuk menyingsingkan lengan baju mempraktekkan pola bisnis dalam dunia kerja, jangan hanya lapangan kerja PNS yang membuat orang saling sikut dalam mengejarnya yang diperbesar (maaf kalo saya ,muna dalam hal ini namun sekali lagi artikel ini hanya sebuah kritik kecil).

Negeri ini memiliki segudang SDM yang bisa dikembangkan, bukan hanya TKI dan TKW yang digalakkan. Memberikan subsidi kepada mereka yang "melarat" lagi terbelakang pendidikannya hanya akanmembuat mereka imun, resisten dan kebal terhadap kemiskinan itu. Mereka telah bersahabat dengan kemiskinan (maaf jika kasar) sehingga pada saat ingin diransang dengan stimulus modal kerja, mereka menolak karena buta akan apa arti perubahan.

Makanya langkah strategis buat pemerintah kita terhormat adalah, adakan perubahan dalam sistem kesarjanaan kita, jangan luluskan mereka S1 jika belum bisa mewujudkan satu model kesuksesan dalam skripsi penelitiannya. Misalnya, seorang mahsiswa ekonomi, baru bisa di wisuda jika ada perusahaannya yang bisa dia olah sendiri dan memiliki keuntungan yang stabil. Misalnya seorang mahasiswa Fisika seperti saya, baru bisa lulus jika ada bentuk kesuksesan dalam memanajemen sebuah kantor apakah itu bersifat keilmuan maupun sebuah bisnis.

Ya... Kurikulum inilah yang diterapkan oleh kaum Yahudi sehingga generasi mereka yang di wisuda dan mendapatkan gelar strata 1 memang memiliki kualitas nomor satu. Kalau kita, 63,5% pengangguran kita adalah seorang sarjana. Alangkah malunya kita.


Tabel
Struktur Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan (%)
Pendidikan
1982
1995
1998
SD ke bawah
61.74
40.68
23.09
SLTP
11.79
16.33
19.44
SLTA Umum
12.30
24.90
32.13
SLTA Kejuruan
12.69
11.61
16.86
Diploma
0.91
2.61
3.47
    - Diploma I
 
0.74
0.94
    - Diploma II
 
1.87
2.53
Universitas
0.57
3.86
5.02
              Sumber:  Statistik Tahunan Indonesia, 1985, 1995, 1998 

Selamatkan generasi ini Bapak Presiden.


Comments