Apa yang orang lain Tahu, bisa (pula) Anda tahu

Prinsip waktu adalah siapapun memiliki hak yang sama dalam mengelola waktunya. Apakah itu membuat sendiri kerangka rencana perjalanan hidupnya maupun meniru karakter jalan hidup orang lain. Waktu mengizinkan kedua-duanya dilakukan. Namun, siapa tokoh yang ditiru menjadi problema sendiri buat subjeknya. Namun yang menjadi pokok pembicaraan kita kali ini adalah Apa yang orang lain Tahu, bisa (pula) Anda tahu.

Ini adalah hal yang lumrah namun menjadi momok buat kita. Kita terkadang menutup diri belajar dari pengalaman hidup orang lain. Mengapa? Tak lain alasan adalah karena kita menganggap diri kita lemah dan tidak berpotensi genius ketimbang orang lain. Padahal potensi dan kegeniusan itu sudah lama berada dalam diri kita. Kita hanya cukup mencari pemicunya untuk menariknya ke permukaan hidup kita. Dan itu tak lain membutuhkan bantuan dari kehidupan sekeliling kita baik secara fenomenanya maupun unsur instrinsik dari setiap individu yang memasuki kehidupan kita.

Ini kehidupan kita namun akan terasa lebih indah jika terjadi pergesekan hidup orang lain karena disitu akan terdapat sumber energi untuk menarik banyak keuntungan berkehidupan bermasyarakat.

Mungkin kita telah terlalu banyak belajar dari media informasi elektronik. Di saat kita hanya memakan mentah-mentah yang di dapat dari infotaiment di acara televisi termasuk kisah-kisah sinema elektronik yang ditayangkan namun miskin dari edukasi kehidupan realistis. Mungkin ini salah satu sumber mengapa potensi kita semakin terkubur jauh ke dalam, disebabkan oleh kurangnya waktu untuk kita bercermin, bertafakkur, menyadari kesalahan dan kekurangan diri yang sejalan dengan waktu, usia kita telah menipis namun masih kurang terasa sesuatu itu tertarik kedalam hidup kita. Apakah sesuatu itu berbentuk materi maupun kebanggaan-kebanggan akan prestasi yang bisa kita toreh dalam sisa waktu yang berjalan. Mungkin inilah fenomena masyarakat kita sekarang yang kekurangan figur untuk dicontoh sehingga mulai dari generasi pertama hingga kita sendiri belum mampu memberikan contoh insan genius kepada anak-anak kita sendiri. Kita menenggelamkan diri sendiri ke dalam dunia angan-angan yang mungkin hanya akan kita peroleh pada saat tertidur sebagai bungan-bunga mimpi.

Mari kita niatkan kebangkitan kita dari jajahan materi informasi yang belum mendidik. Masih ada waktu berbenah. Islam selalu memberi pintu terbuka untuk memasuki singgasananya yang mulya dan suci untuk menata kembali kehidupan yang lebih realistis bahwa dunia ini akan kita tinggalkan cepat atau lambat.

Comments